Mengingat kembali pada 2012-2014 silam, sepuh wota bernama EricCrow pernah berkata "Perjuangan kami dan member generasi pertama itu lebih mudah karena melawan fanbase dan girlband lain, perjuangan mereka (generasi baru) akan sulit karena melawan fans sendiri."
Sejak lama memang banyak sekali akun anonim yang mengaku sebagai penggemar JKT48, konten di media sosialnya full oleh oshimen mereka, timelinenya juga suka bahas JKT48.
Tapi kenapa ya mereka-mereka juga lah yang menjadi penyebab keributan di fandom JKT48? Seperti misalnya, mempermasalahkan hal sepele yang kemudian menyerang dan mengancam karier member yang mereka permasalahkan.
Tidak sedikit bahkan anggota JKT48 yang memutuskan buat keluar dari grup entah dengan cara mengundurkan diri atau mengumumkan kelulusannya (Graduate).
Hal ini sudah terjadi sejak lama, bahkan saat awal-awal 2015 pun istilah "tubir" alias "Ribut" ini dipopulerkan oleh fans JKT48 ketika mereka heboh membahas skandal para member.
Ya, skandal yang paling banyak jadi perbincangan adalah member JKT48 yang ketahuan kencan atau memiliki pacar karena dianggap melanggar Aturan Anti Cinta.
Menurut pengakuan sebagian fans yang kami wawancarai dan mintai keterangan, mereka bukan ingin menjatuhkan member JKT48 melainkan sebagai bentuk upaya menyuarakan opini mereka dan mendesak keadilan atas hukuman yang diberikan pada member-member sebelumnya yang pernah dihukum.
Istilahnya semua harus merasakan hal yang sama jika lakukan pelanggaran. Kalau eks member yang dahulu saja pernah dihukum bahkan dipecat, masa iya member zaman sekarang harus pakai banyak alasan buat dilindungi meski melanggar aturan yang sama?
Pendapat yang berbeda diutarakan oleh Aziz, fans garis keras JKT48 sejak era Gingham Check katanya. Ia mengatakan bahwa tanpa keributan dan kehebohan di fandom, maka JKT48 kurang memiliki daya tarik.
Sehingga keributan di fandom itu ibarat bumbu yang juga jadi salah satu alasan idol group asal Jakarta ini bertahan hingga lebih dari satu dekade.
"Sebenernya mereka (fans yang doyan ribut) itu ga suka keributan. Tapi lebih ke mendesak profesionalitas para member yang aktif di JKT48. Misalnya, kita bayar buat foto bareng (2shot) dan salaman (Handshake Event), tapi ada cowo random yang bisa dapatkan itu semua bahkan lebih, secara gratisan. Jadi dianggap kurang fair lah dan tidak profesional gitu." kata Aziz.
Namun Aziz menambahkan, bahwa di fandom juga ada oknum yang memiliki agenda terselubung terutama di masa-masa kampanye ajang Senbatsu Sousenkyo atau pemilihan umum member untuk masuk ke jajaran line-up membawakan single berikutnya.
"Dulu itu di twitter pernah ada beberapa oknum yang menjatuhkan member tertentu lewat bocorin skandal yang sebenernya udah lama dan saya menduga mereka simpan buat dikeluarin di waktu yang tepat. Tujuannya ya biar fans ga ngevote member itu dan member kesukaan (oshimen) mereka dapat ranking lebih tinggi." tambah Aziz.
Aziz menceritakan kisahnya menjadi saksi kampanye hitam Senbatsu Sousenkyo yang marak terjadi di awal 2015 hingga 2016.
Kata dia, dulu itu masa-masa kampanye SSK lebih 'mencekam' dibanding sekarang karena petinggi fanbase punya akses langsung ke member yang bersangkutan lewat jalur pribadi (Japri) seperti LINE.
"Sampai ada isu saling menjatuhkan antar member. Dulu bahkan ex member ga segan nyindir member yang masih aktif, sehingga rumor konflik horizontal itu kesannya nyata." ujar Aziz.
"Saya nganggapnya itu bentuk kepedulian ketimbang tindakan menjatuhkan. Karena sebenernya fans bertindak sebagai pengingat kalo member melakukan kesalahan dan permintaan supaya JOT hukum member yang bersalah itu sebagai tindak peringatan biar member ga ngulangin kesalahan lagi, jadi ga ngurangin performa di atas panggung lah dan kita nontonnya juga ga kecewa gitu." kata Aziz.
"Kan emang cara mereka (fans) mengoreksi member mungkin beda-beda ya. Salah atau benernya tergantung perspektif, ada yang keras banget ketikannya di medsos, ada juga yang kasih kritik dan saran langsung secara baik-baik lewat fan letter." lanjut Aziz.
Aturan Anti Cinta juga masih ada korelasinya dengan Golden Rules yang pernah dibahas oleh mantan anggota AKB48, Atsuko Maeda. Baca: Asal Usul Golden Rules di AKB48.